Terapi Suportif DBD
Propoelix sebagai terapi suportif DBD mampu mempercepat peningkatan jumlah trombosit dan mempersingkat masa rawat inap pada pasien DBD.Seminggu sebelum berakhirnya libur kuliah, Daniel memutuskan berwisata ke Yogyakarta.
Pria berusia 22 tahun itu bersama rekan-rekannya pergi ke sana dari Temanggung melalui Magelang.
Perjalanan sekitar selama 2 jam 10 menit untuk jarak 68 kilometer itu diakses dengan kendaraan umum yang mengakibatkan pola makannya menjadi berantakan. Akibatnya, kondisi tubuh menjadi kurang fit.
Pada saat yang bersamaan, Daniel digigit nyamuk Aedes aegypti. Setelah diserang, dia merasa pusing, demam tinggi mendadak, nyeri berat pada kepala, dan nyeri di belakang mata.
“Apabila melirik, rasanya mata saya ngilu. Demam yang saya alami naik turun. Terkadang saya merasa sembuh, tapi setengah jam kemudian kembali demamnya naik secara signifi kan,” ujarnya, baru-baru ini.
Setelah demam selama tiga hari, Daniel disarankan orangtuanya untuk cek kesehatan ke klinik. Hasil tes darah menunjukkan ia positif terkena demam berdarah dengue (DBD).
“Trombosit saya 123 ribu, padahal normalnya minimal 150 ribu. Terus, leukosit saya 1.900, padahal batas wajarnya minimal 4.000,” ungkap Daniel.
Ia pun dirujuk ke rumah sakit untuk rawat inap. Penanganannya, Daniel diinfus dan diberi obat penurun demam serta diharuskan makan banyak dan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ia juga diminta minum yang banyak untuk menetralkan suhu tubuh dan toksin dalam tubuh.
Belum cukup sampai di situ, keluarga juga merekomendasikannya untuk minum sari kurma untuk memperkuat daya tahan tubuh. Selanjutnya, mengonsumsi jus jambu biji merah sebagai penurun demam. Daniel juga mengonsumsi obat herbal dan angkak yang dipercaya dapat meningkatkan trombosit.
Menurut dia, selama perawatan di rumah sakit, trombositnya naik turun secara drastis. Kondisi serupa juga terjadi pada suhu tubuhnya. Ketika saat fase kritis, demam memang turun. Akan tetapi, trombosit juga turun.
Baru kemudian saat memasuki hari ketujuh, trombosit Daniel meningkat. Hasil pemeriksaan rumah sakit memperbolehkan Daniel untuk istirahat di rumah.
Penanganan penyakit DBD sampai saat ini memang dititikberatkan pada pemberantasan vektor secara intensif dan terapi suportif karena belum ada obat dan vaksin untuk virus yang disebabkan nyamuk yang termasuk kelas famili flaviviridae tersebut.
Padahal, kejadian infeksi virus dengue merupakan jumlah terbesar di dunia.Dari 2,5 miliar penduduk dunia, diperkirakan terdapat 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Data yang dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk DBD dari 2000 sampai 2007 ialah sebanyak 925.986 kasus di 70 negara di dunia.
Di Indonesia sendiri, demam berdarah telah menjadi masalah kesehatan yang menggerogoti masyarakat selama 41 tahun terakhir. Berdasarkan data pada 2007, lebih dari 35% di daerah urban, terhitung 150 ribu kasus yang dilaporkan, dan di antaranya 25 ribu kasus terjadi di Jakarta dan Jawa Barat, dengan case fatality rate (CSR) hampir 1%.
Ekstraksi propolis
Key Leader Regional Marketing HDI Su Mae Chia.
Guna merespons kebutuhan obat untuk menangani penyakit demam berdarah dengue itu, penelitian atas efek pemberian propolis sebagai terapi suportif DBD dilakukan.
Key Leader Regional Marketing HDI Su Mae Chia.
Propolis ialah nama lain dari lem lebah, propolis balsam, dan propolis resin. Propolis merupakan substansi resin (sejenis getah tanaman) yang berasal dari kulit kayu dan pucuk-pucuk tanaman, yang dikumpulkan oleh lebah dan kemudian dicampur dengan lilin dan air liur lebah.
Propolis digunakan untuk melindungi pintu sarang lebah yang akan mensterilkan setiap lebah yang masuk. Selain itu lebah juga menggunakan propolis untuk memperbaiki sarang mereka yang retak atau rusak.
Metode yang digunakan dalam riset itu adalah double blind, acak, dan plasebo-terkontrol pada divisi penyakit dalam di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Pada metode yang berjalan sejak Mei 2012 hingga Juli 2013 itu, 63 pasien memenuhi kriteria inklusi.
Mereka diberi dua kapsul 200 mg Propoelix tiga kali sehari atau plasebo setiap hari selama tujuh hari yang dilakukan secara acak. Propoelix ialah ekstraksi super dari propolis yang dilakukan dengan menggunakan proses ekstraksi unik untuk menghilangkan bahan yang tidak diperlukan tubuh (misalnya resin) serta mempertahankan bahan aktif dalam bentuk unik yang bisa larut air.
Untuk mengetahui efektivitasnya, penelitian membandingkan perbedaan variabel klinis dan laboratoris pada kedua kelompok, termasuk marker antiinflamasi.
Pasien dianggap memenuhi kriteria teknis untuk keluar dari rumah sakit apabila jumlah trombosit mereka mencapai dan melebihi 100 ribu. Namun, mereka semua tetap diamati sebagai pasien rawat inap selama tujuh hari.
Lebih Cepat
Menurut dokter spesialis penyakit dalam RSPAD Gatot Soebroto, dr. Soroy Lardo, Sp. PD. FINASIM, hasil dari riset itu, yakni 31 pasien pada kelompok Propoelix, menunjukkan kecenderungan pemulihan untuk jumlah trombosit lebih cepat pada hari ketiga dan menjadi signifikan pada hari keenam ketimbang 32 pasien pada kelompok plasebo.Konsumsi Propoelix pun memberikan dampak penurunan signifikan di tingkat Tumor Necrosis Factor (TNF) pada hari ketujuh terapi ketimbang pasien pada kelompok plasebo. Selain itu, pasien kelompok Propoelix memiliki lama perawatan lebih singkat di rumah sakit jika dibandingkan dengan mereka yang berada di kelompok plasebo.
Kesimpulannya, Propoelix dinilai mampu mempercepat peningkatan jumlah trombosit, menurunkan tingkat TNF, serta mempersingkat masa rawat inap pada pasien DBD.
Terkait dengan itu, Senior Team Leader Product Development HDI, Alva Paloma, menjelaskan HDI Propoelix terbukti efektif sebagai terapi tambahan DBD yang diperoleh dari uji klinis pada penderita di rumah sakit.
Produk tersebut memiliki sifat antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antijamur, immunomodulatory, antimikroba, memiliki antioksidan tinggi, dan juga mengandung Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) yang tinggi.
Sifat-sifat yang terkandung pada HDI Propoelix sangat bermanfaat untuk membantu menyembuhkan penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang disebabkan lemahnya sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, stroke, dan DBD.
“Hampir semua penyakit degeneratif disebabkan melemahnya respons sistem imun tubuh sehingga tubuh jadi amat mudah terinfeksi virus dari luar,“ ungkap Alva.
Apalagi, bila melihat tren saat ini, penyakit degeneratif kini tidak lagi didominasi usia lanjut. Sel-sel tubuh mereka tidak lagi berfungsi sempurna.
“Penyakit degeneratif kini menjadi penyakit yang berisiko pada semua orang. Penyakit degeneratif mampu menyerang setiap orang dalam rentang yang waktu yang cepat,“ pungkasnya.
(Wib/S-25) wibowo @mediaindonesia.com
Posting Komentar